Thursday, February 24, 2011

Kompas

Pagi hari tadi saya tidak membaca kompas karena kompas mulai meng"kompas" pembacanya di internet haha, khususnya pembaca kompas cetak. Kompas mulai melakukan sistem berlangganan sebulan 35000 dan setahun 350000. Perasaan saya tentu kecewa, tidak bisa menikmati langganan koran secara gratis. Tetapi itu sah-sah saja, karena berita tersebut dikumpulkan dan disajikan dengan susah payah oleh para wartawan.

Sebenarnya kalau dihitung-hitung menurut saya lebih enak berlangganan melalui elektronik, kalau punya koneksi internet. Harga Rp.350000,- dibagi setahun sama dengan Rp.1000,- per hari, lebih murah daripada membeli koran di eceran, dan menghemat kertas pula, tapi ini belum memperhitungkan biaya koneksi internet.

Apapun pilihan kita, yang terpenting berita yang dimuat tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Kita tahu kondisi saat ini bisa saja terjadi kekuasaan menguasai media, sehingga tanpa disadari kita, media tersebut menggiring kita sesuka hati penguasa tersebut.

Pagi ini cuaca cukup mendung, awan putih menutup langit biru di angkasa. Bulan Februari memang musim hujan, di satu sisi di belahan bumi yang lain sedang terjadi anomali cuaca, badai es, kebakaran hutan, bahkan kemarin terjadi bencana gempa di selandia baru. Di atas sana pasti ada maksud dari ini semua, para ahli pun berpendapat berbeda-beda, ada yang menganggap ini terjadi karena pemanasan global, ada yang menganggapnya bukan, mungkin alam ingin menyampaikan sesuatu kepada kita bagaimana bersikap.

Seperti kata Tung Desem Waringin bila ingin membutuhkan semangat, tegakkan badan, angkat dagu ke atas, lihat ke atas dan tersenyumlah!, hehe, Pak Tung bisa aja deh, ada yang pernah coba?

No comments:

Post a Comment